Baja ringan merupakan baja memiliki kualitas tinggi yang bersifat ringan dan tipis, kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional walaupun tipis, baja ringan juga memiliki derajat kekuatan tarik 550 mpa dan baja berat sekitar 300 mpa (Puri 2013). Kekuatan tarik dan tegangan ini untuk kompensasi bentuknya yang tipis. Ada beberapa jenis baja ringan yang terbagi berdasarkan nilai tegangan tariknya (tensile strength). Menurut (Selleng n.d. 2018), tegangan tarik pada dasarnya didasari pada fungsi akhir dari baja ringan tersebut. Misalnya untuk berbagai produk struktur seperti rangka atap baja ringan haruslah menggunakan baja ringan dengan tegangan tarik tinggi (G550). Namun untuk berbagai produk home appliances misalnya, diperlukan baja ringan dengan tegangan tarik lebih rendah (G300, G250, dll) dan yang lebih lentur dan lunak sehingga lebih mudah dibentuk. Karna tingkat kualitas dan kuat tariknya tinggi, tak heran baja ringan lebih tipis dan ringan dibandingkan baja konvensional. Baja G550 bisa diartikan sebagai baja yang mempunyai kuat tarik 550MPa. Uji kualitas ini hanya dapat dibuktikan di laboratorium.
Standar umum untuk bahan struktural (menanggung beban), ketebalan lapisan alumunium zinc tidak boleh kurang dari 150 gram/m2 (AZ 150) sedangkan untuk lapisan zinc (galvanis) tidak kurang dari 200 gram/m2 (Z 200). Ketahanan baja ringan, tergantung pada ketebalan lapisan anti karatnya. Di Indonesia ketebalan baja ringan antara 0,4 mm-1 mm.
Rangka atap baja ringan memiliki beberapa elemen yaitu kuda-kuda, gording/reng dan jurai. Kuda-kuda merupakan struktur utama dalam konstruksi atap baja ringan. Kuda-kuda terbagi atas beberapa bagian, antara lain : top chord (elemen atas), bottom chord (elemen bawah) dan web adalah elemen yang tersusun secara vertikal dan diagonal yang terhubung pada chord. Jarak pemasangan antar kuda-kuda ditentukan berdasarkan penutup atap yang digunakan. Semakin berat bobot atap yang digunakan maka semakin dekat jarak antar kuda-kuda baja ringan tersebut.