Harga bijih besi naik pada hari Jumat (04/03/2022) di tengah harapan bahwa tensi geopolitik Rusia-Ukraina akan meningkatkan permintaan baja China di luar negeri. Kontrak bijih besi Mei paling aktif di Dalian Commodity Exchange China melonjak sebanyak 5,9 persen menjadi 764 yuan per ton, tertinggi sejak 15 Februari. Di Bursa Singapura, kontrak bulan depan bijih besi bulan April melonjak 1,9 persen menjadi $150,90 per ton. Baja berjangka juga naik ke level tertinggi dalam lebih dari dua minggu. Bijih besi merupakan komoditas ekspor utama Ukraina dengan kontribusi sebesar 15,6 persen. Rusia menyumbang sekitar 10 persen dari perdagangan baja global, sementara Ukraina memiliki pangsa 4 persen, menurut analis Huatai Futures. Gangguan pasokan akan memaksa beberapa pembeli utama untuk mencari sumber alternatif. “Saat ini hanya China yang dapat mengisi kekosongan pasar yang sangat besar ini”, kata mereka dalam sebuah keterangan resmi, Sabtu (05/02/2022). Kontrak Mei teraktif untuk baja jenis hot rolled coil, yang banyak digunakan dalam bodi mobil dan peralatan rumah tangga – di Shanghai Futures Exchange naik 2,5 persen menjadi 5.158 yuan ($ 817,08) per ton, naik untuk hari ketiga berturut-turut ke level tertinggi sejak 11 Februari. Prospek peningkatan permintaan baja domestik juga mendongkrak harga, kata para analis, karena parlemen China memulai pertemuan tahunannya pada hari Sabtu dan kemungkinan akan mengungkap lebih banyak stimulus untuk meredakan perlambatan pertumbuhan. Gangguan ekspor bijih besi dari Rusia dan Ukraina juga dilaporkan telah mendorong beberapa pembeli Eropa untuk mencari sumber dari negara lain, yang berpotensi memperketat pasokan global.

(sumber berita https://newssetup.kontan.co.id/news/ini-penyebab-harga-jual-besi-dan-baja-di-tingkat-ritel-naik-lebih-dari-20)

Sejumlah toko besi dan baja ritel mengakui terjadi kenaikan harga jual ke hampir semua produk sejak Januari 2021. Dari hasil pengamatan Kontan ke beberapa toko, terjadi kenaikan harga besi dan baja mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per-batang.  Sumber KONTAN menjelaskan kenaikan harga di tingkat konsumen dipicu karena sejumlah hal. Pertama, harga bahan baku yang meningkat. Jika dibandingkan dengan akhir Januari 2021 kenaikan harga bahan baku saat ini sudah naik sekitar 10%.  Kemudian, pasokan besi dan baja yang terbatas seiring dengan permintaan yang meningkat. Permintaan besi dan baja meningkat karena adanya proyek-proyek yang sudah mulai berjalan. Informasi ini senada dengan penjelasan dari sejumlah produsen besi dan baja yakni PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP).  Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengatakan naiknya harga jual karena terjadi kenaikan harga iron ore dunia. “Harga jual mengikuti harga pasar dunia saja. Saat ini rata-rata harga jual naik sekitar 20-30%,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/3).  Baca Juga: Maret ini, Krakatau Steel (KRAS) ekspor 20.000 ton baja ke Eropa Kendati begitu, Silmy optimistis bahwa kenaikan harga jual besi dan baja saat ini tidak terlalu berpengaruh pada kinerja Krakatau Steel. Silmy memproyeksikan kinerja penjualan akan tetap positif karena kenaikan bahan baku selalu diikuti kenaikan harga baja.  Chief Strategy Officer Steel Pipe Industry of Indonesia,  Johannes Edward mengakui saat ini seluruh bahan baku baik lokal maupun impor sedang mengalami kenaikan yang cukup tinggi.   “Secara umum seluruh baja mengalami kenaikan, mulai dari Hot Rolled Steel (HRC), Cold Rolled Steel (CRC), GI dan Stainless Steel. Sebenarnya kenaikan sudah mulai dirasakan sejak Agustus 2020 dan kenaikannya sangat luar biasa,” jelas Johannes saat dihubungi terpisah.  Johannes mencontohkan, harga HRC di Amerika bulan Agustus 2020 masih sekitar US$ 500 per ton, adapun harganya saat ini sudah mencapai sekitar US$ 1.200 per-ton. Strategi ISSP untuk menyesuaikan kenaikan harga bahan baku ini dengan mengombinasikan sumber bahan bakunya.  “Saat ini kenaikan harga jual berkisar 50%. Namun demikian mengingat tren kenaikan yang masih berlangsung, sangat besar kemungkinan kami akan menyesuaikan kembali dalam waktu dekat,” kata Johannes.  Meski ada kenaikan harga bahan baku dan harga jual, Johannes bilang kenaikan ini juga berdampak ke seluruh pemain sehingga Spindo melihat dampak spesifik ke kinerja  tidak signifikan.