Batu bata menjadi material dasar bagi pembangunan rumah. Material yang terbuat dari tanah liat dengan proses dan tahapan pembakaran tersebut dipakai untuk dinding rumah.

Penyusunan zig-zag batu bata pada bangunan rumah bukan tanpa alasan. Hal tersebut berkaitan erat dengan kekuatan dinding yang dibuat. Penyusunan Zig-Zag atau disebut dengan istilah running bond ini dapat pula mengurangi risiko keruntuhan atau kerobohan pada dinding.

Foto : Twitter @KemenPU

“Susunan zig-zag (running bond) memungkinkan beban 1 batu bata di bagian atas dapat didistribusikan kepada 2 batu bata tumpuannya secara merata,” terang Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Kemen PUPR) melalui akun twitternya @KemenPU.

Batu-bata yang disusun secara vertikal atau lurus (stack bond), maka beban batu bata bagian atas akan langsung dilimpahkan ke 1 batu bata yang menjadi tumpuannya.

“Susunan seperti ini dapat memperbesar kemungkinan bagian semen perekat (mortar) retak dan roboh,” imbuh @KemenPU.

Foto : Twitter @KemenPU

Dengan susunan vertikal atau lurus, batu bata paling bawah juga akan mendapatkan beban paling besar berupa akumulasi beban dari seluruh batu bata di atasnya, sehingga peluang mengalami keretakan akan jauh lebih besar.

Perbedaan konstruksi susunan batu bata juga akan mempengaruhi pola keretakan apabila terjadi keretakan pada semen perekat (mortar).

Foto : Twitter @KemenPU

Selain itu, perbedaan konstruksi susunan batu bata juga akan mempengaruhi beban yang ditanggung, bisa dari arah horizontal atau desak.

Terlepas dari susunan batu bata, ada berbagai faktor lain yang menyangkut kokohnya sebuah tembok, seperti halnya kualitas batu bata, kualitas mortar, konfigurasi/susunan batu bata, dan lain-lain.

Sementara untuk susunan batu bata selain running bond dan stack bond ada banyak susunan lainnya, seperti, herring bond, weave, english, sailor, soldier/stack, flemish cross, flemish diagonal, dan modular screen.

__
Sumber : Twitter @KemenPU